Rabu, 06 Februari 2019

SEJARAH KABUPATEN MAROS


MAROS



Kabupaten Maros pada awalnya adalah sebuah wilayah kerajaan yang dipengaruhi oleh dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yakni Kerajaan Bone dan Kerjaan Gowa, yang mana pada waktu itu, Maros memiliki nilai strategis yang sangat potensial. Kabupaten Maros dari dulu hingga saat ini dihuni oleh dua suku, yakni suku bugis dan suku Makassar.

Kerajaan Marusu mulai dikenal dan mempengaruhi kerajaan lain berawal dari kehadiran Tumanurung Karaeng Loe Ri Pakere pada tahun 1471, dalam berbagai lontara baik lontara Maros maupun lontara Gowa dan Bone disebutkan bagaimana seorang tokoh kharismatik, bergelar Karaeng Loe Ri Pakere telah memperkenalkan eksistensi kerajaannya yang diberi nama Marusu pada kerajaan-kerajaan tetangga, bahkan dengan cepat dapat memainkan peranan konstruktif dalam tatanan politik pemerintahan kerajaan Kembar Makassar (Gowa-Tallo), bahkan diformalkan dengan melakukan perjanjian persahabatan dengan Raja Bone VI LA OLIO Bote-e dan dengan Raja Polongbangkeng I bergelar Karaeng Loe Ri Bajeng

Berdasarkan Lontara Patturioloanna Tu Marusuka, beliau ini tidak mempunyai keturunan dan nama isterinya juga tidak diketahui, namun dalam lontara tersebut menyebutkan, bahwa beliau mempunyai seorang putri angkat yang juga merupakan seorang tumanurung bergelar Tumanurunga Ri Pasandang yang menikah dengan seorang tumanurung dari daerah luwu bergelar Tumanurung Ri Asa’ang dan melahirkan seorang putra yg bernama I Sangaji Ga’dong yang setelah dewasa naik tahta menjadi Karaeng Marusu II menggantikan Karaeng Loe Ri Pakere.

Ketika Karaeng Tumapa’risika Kallonna Raja Gowa IX yang memerintah sekitar tahun 1510-1546 melakukan ekspansi perluasan wilayah menyerang dan menguasai negeri sekitarnya, Kerajaan Marusu pun tak luput dari serangan tersebut. Dalam serangan pertama berhasil di bendung oleh laskar kerajaan Marusu sehingga Gowa harus pulang dgn tangan hampa. Kerajaan Marusu kewalahan ketika terjadi serbuan kedua yang mana pada akhirnya terjadi traktat persahabatan antara karaeng Loe Ri Pakere raja Marusu I dgn karaeng Tumapa’risi Kallonna raja Gowa IX.

Kemudian pada Masa pemerintahan I Mappasomba Dg Nguraga Karaeng Patanna Langkana Tumenanga Ribuluduayya Raja Marusu IV, Kerajaan marusu mengangkat senjata melawan kerajaan gowa. Perang ini disebabkan karena berpihaknya mereka ke Kerajaan Tallo. Peperangan ini berakhir dengan damai dan melahirkan suatu sumpah yaitu ”iya iyanamo ampasiewai gowa na tallo iyamo ricalla dewata” artinya ”barang siapa yg memperselisihkan Gowa dan Tallo maka akan dikutuk oleh yg maha pencipta”


Tidak ada komentar: