MAROS
Kabupaten Maros pada awalnya adalah sebuah wilayah kerajaan
yang dipengaruhi oleh dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yakni Kerajaan
Bone dan Kerjaan Gowa, yang mana pada waktu itu, Maros memiliki nilai strategis
yang sangat potensial. Kabupaten Maros dari dulu hingga saat ini dihuni oleh
dua suku, yakni suku bugis dan suku Makassar.
Kerajaan Marusu mulai dikenal dan mempengaruhi kerajaan lain
berawal dari kehadiran Tumanurung Karaeng Loe Ri Pakere pada tahun 1471, dalam
berbagai lontara baik lontara Maros maupun lontara Gowa dan Bone disebutkan
bagaimana seorang tokoh kharismatik, bergelar Karaeng Loe Ri Pakere telah
memperkenalkan eksistensi kerajaannya yang diberi nama Marusu pada
kerajaan-kerajaan tetangga, bahkan dengan cepat dapat memainkan peranan
konstruktif dalam tatanan politik pemerintahan kerajaan Kembar Makassar
(Gowa-Tallo), bahkan diformalkan dengan melakukan perjanjian persahabatan
dengan Raja Bone VI LA OLIO Bote-e dan dengan Raja Polongbangkeng I bergelar
Karaeng Loe Ri Bajeng
Berdasarkan Lontara Patturioloanna Tu Marusuka, beliau ini
tidak mempunyai keturunan dan nama isterinya juga tidak diketahui, namun dalam
lontara tersebut menyebutkan, bahwa beliau mempunyai seorang putri angkat yang
juga merupakan seorang tumanurung bergelar Tumanurunga Ri Pasandang yang
menikah dengan seorang tumanurung dari daerah luwu bergelar Tumanurung Ri
Asa’ang dan melahirkan seorang putra yg bernama I Sangaji Ga’dong yang setelah
dewasa naik tahta menjadi Karaeng Marusu II menggantikan Karaeng Loe Ri Pakere.
Ketika Karaeng Tumapa’risika Kallonna Raja Gowa IX yang
memerintah sekitar tahun 1510-1546 melakukan ekspansi perluasan wilayah
menyerang dan menguasai negeri sekitarnya, Kerajaan Marusu pun tak luput dari
serangan tersebut. Dalam serangan pertama berhasil di bendung oleh laskar
kerajaan Marusu sehingga Gowa harus pulang dgn tangan hampa. Kerajaan Marusu
kewalahan ketika terjadi serbuan kedua yang mana pada akhirnya terjadi traktat
persahabatan antara karaeng Loe Ri Pakere raja Marusu I dgn karaeng Tumapa’risi
Kallonna raja Gowa IX.
Kemudian pada Masa pemerintahan I Mappasomba Dg Nguraga
Karaeng Patanna Langkana Tumenanga Ribuluduayya Raja Marusu IV, Kerajaan marusu
mengangkat senjata melawan kerajaan gowa. Perang ini disebabkan karena
berpihaknya mereka ke Kerajaan Tallo. Peperangan ini berakhir dengan damai dan
melahirkan suatu sumpah yaitu ”iya iyanamo ampasiewai gowa na tallo iyamo
ricalla dewata” artinya ”barang siapa yg memperselisihkan Gowa dan Tallo maka
akan dikutuk oleh yg maha pencipta”
Tidak ada komentar: